................................... ...................................
Tags Populer: #Contoh Proposal #Contoh Surat #Autolike Update #Belanja Online
Sunday, December 02, 2012

Modul OMH (ongkos penanganan bahan)


BAB II
STUDI LITERATUR


2.1       Material Handling
            Material handling (MH) merupakan suatu fungsi pemindahan material yang tepat ke tempat yang tepat, pada saat yang tepat, dalam jumlah yang tepat, secara berurutan dan pada posisi atau kondisi yang tepat untuk meminimasi ongkos produksi. Tujuannya adalah untuk mempermudahtransportasi dan mempercepat proses produksi. Istilah material handling sebenarnya kurang tepat kalau diterjemahkan sekedar “memindahkan” material. Berdasarkan perumusan yang dibuat oleh American Material handling Society (AMHS), pengertian mengenai material handling dinyatakan sebagai seni dan ilmu yang meliputi penanganan (handling), pemindahan (moving), pembungkusan atau pengepakan (packaging), penyimpanan (storing) sekaligus pengendalian atau pengawasan (controlling) dari bahan atau material dengansegala bentuknya (Wignjosoebroto, 2000).
Menurut pendapat kelompok material handling adalah suatu kegiatan dimana kegiatan tersebut memungkinkan untuk meminimasi jumlah ongkos yang digunakan dalam biaya transportasi penanganan material dengan cara meminimalisasi jarak. Material handling merupakan suatu seni dan ilmu pengetahuan mengenai transportasi (pengangkutan), pemindahan, pengepakan serta penyimpanan semua bentuk bahan material. Agar dapat menghemat penggunaan luas lantai, mengurangi bebang kerja manusia dan kecelakaan, mengurangi biaya handling dan biaya produksi

2.2              Tujuan Material Handling
Tujuan utama dari perencanaan material handling adalah untuk mengurangi biaya produksi. Selain itu, material handling sangat berpengaruh terhadap operasi dan perancangan fasilitas yang diimplementasikan. Beberapa tujuan dari sistem material handling antara lain (Meyers, 1993):
1.      Menjaga atau mengembangkan kualitas produk, mengurangi kerusakan dan memberikan perlindungan terhadap material.
2.      Meningkatkan keamanan dan mengembangkan kondisi kerja.
3.      Meningkatkan produktivitas.
4.      Meningkatkan tingkat penggunaan fasilitas.
5.      Mengurangi bobot mati.
6.      Sebagai pengawasan persediaan.
Menurut pendapat kelompok tujuan material handling yaitu pemindahan material dari suatu tempat ke tempat lain agar lebih teratur dengan biaya rendah, selain itu agar bahan-bahan material dapat terlindungi supaya tidak rusak serta mengurangi waktu yang dibutuhkan dalam pengangkutan bahan.

2.3              Aktivitas-Aktivitas Pemindahan Bahan
Pertimbangan yang menjadi dasar utama dalam material handling yaitu terdiri dari beberapa aktivitas. Aktivitas pemindahan bahan yang perlu diperhitungkan adalah sebagai berikut (Wignjosoebroto, 2000) :
a.       Pemindahan bahan dari gudang bahan baku (Receiving) menuju departemen pabrikasi maupun departemen assembling.
b.      Pemindahan bahan yang terjadi diproses satu jenis mesin menuju jenis depatemen yang lainnya.
c.       Pemindahan bahan dari departemen assembling menuju departemen assembling.
d.      Pemindahan bahan dari departemen assembling menuju gudang barang jadi (Shipping).
               Menurut pendapat kelompok aktivitas pemindahan bahan yaitu setiap bahan yang bergerak dari orang atau mesin secara keseluruhan memiliki biaya yang tidak terlalu kecil sehingga dalam pemindahan material tersebut membutuhkan sistem pemindahan bahan secara efektif. Aktivitas pemindahan bahan dalam perencanaan dan perancangan tata letak pabrik akan lebih menekankan penanganan bahan pada usaha-usaha memindahkan aktivitas-aktivitas pemindahan bahan pada saat proses produksi berlangsung agar penempatan produksi semakin efisien pengeluaran biayanya.

2.4              Pola Aliran Bahan Untuk Proses Produksi (Fabrikasi)
Tata letak fasilitas berdasarkan aliran produk terbagi beberapa macam. Pola aliran yang dipakai untuk pengaturan aliran bahan dalam proses produksi yang terdiri dari (Wignjosoebroto, 1992):
1.       Straight line
Pola aliran berdasarkan garis lurus atau Straight line umum dipakai bilamana proses produksi berlangsung singkat, relatif sederhana dan umum terdiri dari beberapa komponen-komponen atau beberapa macam production equipment. Pola aliran bahan berdasarkan garis lurus ini akan memberikan:
a.     Jarak yang terpendek antara dua titik.
b.    Proses atau aktivitas produksi berlangsung sepanjang garis lurus.
c.    Jarak perpindahan bahan (handling distance) secara total akan kecil karena jarak antara masing-masing mesin adalah yang sependek-pendeknya.


Gambar 2.1. Contoh Aliran Straight Line
2.        Serpentine atau zig-zag (S-Shaped)
Pola aliran berdasarkan garis-garis patah ini sangat baik diterapkan bilamana aliran proses produksi lebih panjang dibandingkan dengan luas area yang tersedia. Untuk itu aliran bahan akan dibelokan untuk menambah panjangnya garis aliran yang ada dan secara ekonomis hal ini dapat mengatasi segala keterbatasan dari area, dan ukuran dari bangunan pabrik yang ada.



Gambar 2.2. Contoh Aliran Serpentine Atau Zig-Zag (S-Shaped)
3.         U-Shaped
Pola aliran menurut U-Shaped ini akan dipakai bilamana dikehendaki bahwa akhir dari proses produksi akan berada pada lokasi yang sama dengan awal proses produksinya. Hal ini akan mempermudah pemanfaatan fasilitas transportasi dan juga sangat mempermudah pengawasan untuk keluar masuknya material dari dan menuju pabrik. Aplikasi garis aliran bahan relatif panjang, maka aliran U-Shaped ini akan tidak efisien.



Gambar 2.3. Contoh Aliran U-Shaped
4.         Circular
Pola aliran berdasarkan bentuk lingkaran (circular) sangat baik dipergunakan bilamana dikehendaki untuk mengembalikan material atau produk pada titik awal aliran produksi berlangsung. Aliran ini juga baik dipakai apabila departemen penerimaan material atau produk jadi direncanakan untuk berada pada lokasi yang sama dalam pabrik yang bersangkutan.





Gambar 2.4. Contoh Aliran Circular
5.         Odd angle
Pola aliran berdasarkan Odd angle ini tidaklah begitu dikenal dibandingkan dengan pola-pola aliran yang lain. Pada dasarnya pola ini sangat umum dan baik digunakan untuk kondisi-kondisi seperti:
a.    Bilamana tujuan utamanya adalah untuk memperoleh garis aliran yang produk diantara suatu kelompok kerja dari area yang saling berkaitan.
b.    Bilamana proses handling dilaksanakan secara mekanis.
c.    Bilamana keterbatasan ruangan menyebabkan pola aliran yang lain terpaksa tidak dapat diterapkan.
d.   Bilamana dikehendaki adanya pola aliran yang tetap dari fasilitas-fasilitas produksi yang ada.


 

Gambar 2.5. Contoh Aliran Odd Angle
               Menurut pendapat kelompok pola aliran bahan merupakan suatu pola aliran bahan dalam aliran suatu produksi dari awal proses produksi sampai proses akhir produk jadi. Pola aliran bahan menggambaran aliran material terhadap area penempatan mesin atau fasilitas penunjang produksi lainnya.

2.5              Ongkos Material Handling
            Ongkos material handling adalah suatu ongkos yang timbul akibat adanya aktifitas material dari satu mesin ke mesin lain atau dari satu departemen ke departemen lain yang besarnya ditentukan sampai pada suatu tertentu. Satuan yang digunakan adalah rupiah/meter gerakan. Tujuan dibuatnya perencanaan material handling ini adalah meningkatkan kapasitas, memperbaiki kondisi kerja, memperbaiki pelayanan pada konsumen, meningkatkan kelengkapan dan kegunaan ruangan, dan mengurangi ongkos (kk.mercubuana. 2012).
            Menurut pendapat kelompok mengenai ongkos material handling adalah suatu biaya yang dikarenakan adanya pemindahan material dengan berbagai faktor seperti jarak pengangkutan, alat pengangkutan dan cara pengangkutannya. Ongkos material handling merupakan ongkos yang dihitung berdasarkan jarak tempuh aktivitas pemindahan bahan.
Menurut Hidayat (2010), material handling terbagi menjadi dua bagian. Berikut ini bagian dari material handling:
a.         Internal Transportation. Yaitu, pengangkutan yang terjadi di dalam pabrik. Misalnya: trafic (perjalanan), receiving (penerimaan), shipping (perkapalan).
b.        External Transportation. Yaitu, pengangkutan yang terjadi diluar pabrik.
Secara umum biaya material handling akan terbagi atas tiga klasifikasi, berikut ini klasifikasi yang akan dijelaskan yaitu (elib.unicom 2012):
1.      Biaya yang berkaitan dengan transportasi raw material dari sumber asalnya menuju pabrik dan pengiriman finished goods product ke konsumen yang dibutuhkannya. Biaya transportasi disini merupakan fungsi yang berkaitan dengan pemilihan lokasi pabrik dengan memperhatikan tempat dimana sumber material berada serta lokasi tujuannya.
2.      In-lant receiving and storage, yaitu biaya-biaya diperlukan untuk gerakan perpindahan material dari proses satu ke proses berikutnya, ware housing serta pengiriman produk lainnya.
3.      Handling material yang dilakukan oleh operator pada mesin atau peralatan kerjanya serta proses perakitan yang berlangsung di atas meja perakitan.
            Usaha menganalisa material handling cost harus berdasarkan faktor-faktor yang seharusnya diperhatikan benar-benar. Berikut ini faktor-faktor yang harus diperhatikan:
a.       Material
Harga pembelian dari mesin/peralatan, biaya seluruh material yang dipergunakan, maintenance cost and repair part inventory, biaya untuk peralatan bantu, biaya untuk oli/pelumas, dan biaya instalansi, termasuk disini seluruh material dan biaya upah pekerja dan pengaturan kembali.
b.      Salary and Wages
Direct labour costs (seluruh personil yang terlibat di dalam pengoperasian peralatan material handling), training costs untuk menjalankan peralatan material handling, indirect labour costs (staf dan servis departemen), dan lain-lain.
c.       Financial Charges
Interest untuk investasi peralatan material handling dan biaya asuransi, property taxes, depresiasi, dan lain-lain.
Melakukan pemindahan material dari satu departemen menuju departemen yang lain untuk dilakukannya proses produksi selanjutnya akan mengeluarkan biaya yang tidak kecil, maka mengurangi biaya-biaya material handling, maka berikut ini diberikan beberapa hal yang sekiranya akan mempengaruhi biaya material handling, untuk itu harus dicegah/dikoreksi sesegera mungkin (elib.unicom, 2012).
a.       Idle machine time
Machine down time berarti penurunan produktivitas kerja dan tentu saja berarti yang terbuang. Bila mesin bekerja pelan atau berhenti sama sekali karena aliran material tidak lancar atau suplai material terlambat, maka hal ini bisa dikatakan sebagai ketidak efisienan pemakaian fasilitas handling.
b.      Production bottlenecks
Suatu interupsi terhadap aliran produksi akibat keterlambatan material akan menghentikan seluruh proses produksi (khususnya untuk continuous industry).
c.       Rehandling material
Setiap kali item harus ditangani, digerakkan atau dipindahkan maka hal ini berarti akan membutuhkan biaya. Teknik material handling seharusnya direncanakan dengan sebaik-baiknya sehingga akan bisa mengurangi frekuensi pemindahan material.
d.      Large inventories
Inventori pada dasarnya membutuhkan modal dan memerlukan fasilitas pergudangan yang sesuai, biasanya semakin efisien perencanaan sistem material handling maka akan semakin efisien pula kebutuhan inventorinya.
e.       Poor space utilization
Kebutuhan ruangan akan dipresentasikan dengan uang yang disediakan. Perencanaan material handling yang efektif akan dapat mengoptimalkan pemanfaatan ruang yang tersedia.
f.       Excesive maintenance
Biaya maintenance untuk peralatan material handling akan berarti dua kehilangan yang kita peroleh, waktu dan material yang dipakai untuk perawatan (corrective dan material) ditambah dengan waktu yang hilang dari penggunaan peralatan itu sendiri. Aplikasi yang kurang tepat dan peralatan material handling akan menyebabkan hal-hal seperti yang diuraikan tersebut.
g.      In-efficient use of labor
Pekerja atau operator bagian produksi dibayar untuk bekerja menghasilkan produk yang dikehendaki. Setiap saat waktu yang mereka miliki ternyata dipakai untuk kegiatan material handling, maka akan terjadi kehilangan kesempatan untuk melakukan hal-hal yang produktif.
h.      Damage material
Kerusakan material akibat handling seringkali menimbulkan biaya yang besar. Untuk itu pemilihan metode dan peralatan material handling yang tepat akan dapat mencegah kerusakan-kerusakan karena handling ini.
i.        Demurrace
Bila fasilitas material handling dibiarkan saja menganggur untuk beberapa lama, maka ekstra biaya akan keluar sia-sia akibat hal tersebut. Pengguanaan peralatan material handling secara efisien akan membantu mengatasi permasalahan ini.
j.        In-efficient use of equipment
Industri material handling equipment pada dasarnya membutuhkan biaya, baik untuk investasinya maupun aplikasinya (operasional). Material handling equipment seharusnya dipilih menurut efektivitas fungsional dan tingkat efisiensi yang tinggi.


2.6              Mesin Pemindahan Bahan
Mesin pemindah bahan (materials handling equipment) dapat dikelompokkan berdasarkan pada ciri khas, penggunaan, keadaan atau jenis muatan yang ditangani, serta arah gerakan. Peralatan mesin terutama pada sistem otomatis membutuhkan pengendalian untuk mengurangi biaya pada penanganan bahan, seperti guide wire yaitu suatu kabel atau kawat yang dirancang untuk memberi tanda kepada alat pemindah bahan dan operator untuk menentukan jalur mengemudikannya. Berdasarkan hal tersebut maka mesin pemindah bahan dapat dibagi atas tiga kelompok, yaitu (Apple, 1990):
1.        Varied Path Equipment atau Peralatan pengangkat yang mempunyai arah yang berubah-ubah, yaitu peralatan yang ditujukan untuk memindahkan muatan satuan dalam satu batch, misalnya : mesin pengangkat seperti kerek, dongkrak, kemudian crane,dan elevator, truck
2.        Floor Type atau Peralatan pemindahan Fixed Path Equipment (conveyor), yaitu peralatan untuk memindahkan barang secara vertikal maupun horizontal antara dua titik tetap maupun muatan satuan secara kontinyu, seperti screw conveyor, belt conveyor, pneumatic conveyor, vibratory conveyor.
3.        Peralatan permukaan dan overhead, yaitu peralatan yang ditujukan untuk memindahkan muatan curah dan satuan, baik batch maupun kontinyu, misalnya scapper, excavator,bulldozer, dll. Jenis muatan yang ditangani oleh mesin pemindah bahan dapat dibedakan menjadi :
a.       Muatan tumpahan (bulk load) yang terdiri dari banyak partikel atau gumpalan yang homogen
b.      Muatan satuan (unit load) adalah muatan yang telah menjadi satu satuan dalam ukuran yang lebih besar dan dapat diangkut secara satu satuan. Unit load bisa jadi merupakan bulk load yang telah terbungkus seperti dalam peti kemas, karung, dan sebagainya.
Menurut pendapat kelompok mengenai mesin pemindahan bahan merupakan suatu alat yang digunakan untuk membantu pengangkutan bahan material dalam suatu ruangan atau tempat, serta merupakan jenis kendaraan yang dapat membantu pemindahan bahan material dalam suatu produksi dengan atau tanpa bantuan tangan manusia.






DAFTAR PUSTAKA



Apple, James M. 1990. Tataletak Pabrik dan Pemindahan Bahan. Bandung : Penerbit ITB.
Wignjosoebroto, Sritomo. Tata Letak Pabrik Dan Pemindahan Bahan.  Edisi Ketiga. Cetakan Kedua. Institut Teknologi Sepuluh November. Surabaya. 2000.
Wignjosoebroto, Sritomo. 1992, Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu. Surabaya: Guna Widya
Meyers, Fred E. 1993. Plant layout and material handling. New York, McGraw-Hill, Inc
Dadang, Hidayat. 2010. Peran Penelitian Research & Development Dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Di Pendidikan Teknologi Dan Kejuruan
http://elib.unikom.ac.id, 24 Oktober 2012.
http://kk.mercubuana.ac.id, 25 Oktober 2012

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan Berkomentar Sahabat. Jangan malu untuk menulis komentar. Pembaca yang baik akan selalu berkomentar Positif. Semoga komentar anda dapat memberi inspirasi bagi penulis. Dimohon untuk tidak berkomentar dengan Kata-kata yang dianggap tidak sopan. "Komentar Akan di Moderasi" Terimakasih dan Mohon Maaf Jika Komentar Lambat di Respon... Tinggalkan jejakmu Dibawah ini:

Terima Kasih Sudah Menyempatkan Waktu untuk Berkomentar

free counters
Memuat...